BACA TULIS AL-QUR’AN (BTQ), JENIS, METODE DAN CARA PEMBELAJARANNYA

 
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Al-Qur’an adalah firman Allah SWT. yang menjadi petunjuk bagi umat manusia. Al-Qur’an adalah bacaan yang mulia. Maha Pemurah Allah SWT. yang mengajarkan Al-Qur’an. Dia menciptakan manusia. Dia mengajarkan kepadanya berbicara. Sebagaimana firman Allah dalam surat Ar-Rahman ayat 1-5 yang berbunyi:
ß`»oH÷q§9$# ÇÊÈ   zN¯=tæ tb#uäöà)ø9$# ÇËÈ   šYn=y{ z`»|¡SM}$# ÇÌÈ   çmyJ¯=tã tb$ut6ø9$# ÇÍÈ   ß§ôJ¤±9$# ãyJs)ø9$#ur 5b$t7ó¡çt¿2 ÇÎÈ  
1. (tuhan) yang Maha pemurah,
2. yang telah mengajarkan Al Quran.
3. Dia menciptakan manusia.
4. mengajarnya pandai berbicara.
5. matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.
Dan Dalam surat Al-Isra ayat 9 Allah SWT berfirman :
¨bÎ) #x»yd tb#uäöà)ø9$# Ïöku ÓÉL¯=Ï9 šÏf ãPuqø%r& çŽÅe³u;ãƒur tûüÏZÏB÷sßJø9$# tûïÏ%©!$# tbqè=yJ÷ètƒ ÏM»ysÎ=»¢Á9$# ¨br& öNçlm; #\ô_r& #ZŽÎ6x. ÇÒÈ  
9. Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih Lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar
Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi seluruh umat manusia karena di dalamnya terkandung ajaran agama Islam yang mengantar segala aspek kehidupan, dan keselamatan hidup manusia di dunia dan di akhirat. Sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 89, yang berbunyi:
tPöqtƒur ß]yèö7tR Îû Èe@ä. 7p¨Bé& #´Îgx© OÎgøŠn=tæ ô`ÏiB öNÍkŦàÿRr& ( $uZø¤Å_ur šÎ/ #´Íky­ 4n?tã ÏäIwàs¯»yd 4 $uZø9¨tRur šøn=tã |=»tGÅ3ø9$# $YZ»uö;Ï? Èe@ä3Ïj9 &äóÓx« Yèdur ZpyJômuur 3uŽô³ç0ur tûüÏJÎ=ó¡ßJù=Ï9 ÇÑÒÈ  
89. (dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.
Karena begitu pentingnya Al-Qur’an dalam membimbing dan mengarahkan perilaku manusia, maka wajib bagi setiap muslim untuk mempelajari, memahami dan merealisasikan dalam kehidupan sehari-hari, disamping itu hal yang tidak kalah penting adalah mengajarkan kembali kepada orang lain seperti keluarga, tetangga, teman-teman dan lain sebagainya.
Untuk memudahkan mengajarkan Al Qur’an, perlu menggunakan metode pengajaran yang tepat.
Disamping itu perlu diperbaruhi dan dikembangkan karena dibutuhkan oleh masyarakat Islam. Yang paling penting dalam pengajaran Al Qur’an ini ialah keterampilan membaca Al Qur’an dengan baik sesuai dengan kaidah yang disusun dalam ilmu tajwid. Pengajaran Al Qur’an pada tingkat pertama berisi pengenalan huruf hijaiyah dan kalimah (kata). Selanjutnya diteruskan dengan memperkenalkan tanda-tanda baca.
Oleh karena itu melatih dan membiasakan mengucapkan huruf Arab dengan makhrajnya yang betul pada tingkat permulaan, akan membantu dan mempermudah mengajarkan tajwid dan lagu pada tingkah membaca dengan irama. Karena cara mengucapkan huruf dan kalimah Arab itu tidak mudah bagi anak-anak, sehingga perlu latihan dan pembiasaan.
Belajar membaca huruf adalah salah satu pelajaran awal yang harus diajarkan pada anak kecil, sebab masa anak-anak merupakan masa-masa yang paling intensif untuk mengenal pengetahuan yang baru tetapi masa tersebut rawan bagi mereka yang pada umumnya suka meniru apa yang dilihat disekelilingnya. Anak akan merekam setiap kejadian disekitarnya dan ia akan selalu mengingat kejadian-kejadian yang menimpanya baik itu kejadian yang menyenangkan maupun kejadian yang menyedihkan.
B.     Tujuan Masalah
1.      Menjelaskan apa yang dimaksud dengan BTQ.
2.      Menjelaskan tentang metode-metode dalam BTQ.
3.      Menjelasan tentang kelebihan dan kekurangan metode BTQ.
C.    Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan metode BTQ?
2.      Apa metode-metode dalam BTQ?
3.      Apa kelebihan dan kekurangan metode-metode BTQ tersebut?





BAB II
PEMBAHASAN

1.     Pengertian metode BTQ
     Mengungkap pengertian baca tulis Alquran terlebih dahulu penulis uraikan arti tiap katanya. Baca dalam arti kata majemuknya “membaca” yang penulis pahami berarti melihat tulisan dan mengerti atau dapat melisankan yang tertulis.
      Kata “tulis” berarti batu atau papan batu tempat menulis (dahulu banyak dipakai oleh murid-murid sekolah), kemudian kata “tulis” ditambah akhiran “an” maka menjadi kata “tulisan” (akan lebih mengarah kepada usaha memberikan pengertian dari baca tulis Alquran) maka tulisan berarti hasil menulis.
      Dari kata “baca” dan “tulis” digabungkan akan membentuk sebuah kata turunan yaitu “Baca Tulis” yang berarti suatu kegiatan yang dilaksanankan secara berurutan yaitu menulis dan membaca.
      Kata “Alquran” menurut bahasa artinya bacaan sedangkan menurut istilah adalah  mukjizat yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad  Saw sebagai sumber hukum dan pedoman bagi pemeluk ajaran agama Islam, jika dibaca bernilai ibadah.
      Pengertian dapat penulis uraikan dengan lebih terinci, bahwa Alqur’an adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw secara mutawatir dan berangsur-angsur, melalui malaikat Jibril yang dimulai dengan surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah An-Nas dan membacanya bernilai ibadah.
      Dari uraian di atas dapat merumuskan suatu pengertian bahwa baca tulis Alquran  adalah suatu kemampuan yang dimiliki untuk membaca dan menuliskan kitab suci Alquran. Berangkat dari pengertian tersebut, maka terdapatlah gambaran dari pengertian baca tulis Alquran tersebut, yaitu diharapkan adanya kemampuan ganda yaitu membaca dan menulis bagi obyek yang diteliti. Sebab kemampuan tersebut berpengaruh kepada prestasi belajar bahasa Arab.
      Jadi Dalam BTQ metode merupakan hal yang cukup penting. Ketidak tepatan dalam penerapan metode ini akan menghambat proses belajar mengajar yang akan berakibat membuang waktu dan tenaga yang tidak perlu.
      Ada beberapa istilah  yang dipakai oleh para ahli pendidikan Islam yang berkaitan dengan istilah metode pendidikan. ada yang menyebutnya dengan kata “al-thariqah”, “al-manhaj”, “al-wasilah’, dan “al-kaifiyah”. Secara etimologi “al-thariqah berarti jalam”, “al-manhaj berarti sistem”, “al-kaifiyah berarti cara dan “al-wasilah berarti perantara atau mediator”. Sedangkan istilah “metode”  itu sendiri adalah berasal dari bahasa Greek (Yunani), yang terdiri dari dua kata, yaitu “meta” dan “hodos”. “meta berarti melalui dan “hodos berarti jalan. Jadi metode berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.
      Metode tidak digunakan sebatas dalam bidang pendidikan, akan tetapi dalam segala aspek kehidupan, berkaitan dengan hal ini Rasulullah SAW. bersabda sebagai berikut:
لكل شيئ طريق وطريقة الـجنة العلم. (رواه الديلمى)
Artinya: “Bagi segala sesuatu itu ada caranya (metodenya), dan metode masuk surga adalah ilmu”. (H.R. Dailami).
2.      Metode-metode dalam BTQ
      Metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai. Kemampuan untuk memilih dan menetapkan suatu metode harus memiliki guru semenjak awal sehingga tidak salah dalam penggunaan metode tersebut.
      Cara atau metode terbaik dalam mengajarkan BTQ Kepada anak tidak ada ketentuan dari Allah dan Rasul-Nya, Karena itu suatu metode BTQ di suatu tempat dapat berbeda dengan tempat lain. Terdapat beberapa metode membaca al-Qur`an yang berkembang ditanah air dan Timur Tengah. Disini akan dibahas secara singkat beberapa metode pengajaran membaca Al-Qur`an (BTQ), sekaligus kebaikan dan kelemahannya.
Beberapa metode BTQ yang dipakai di indonesia, yaitu :
a.      Metode Strukural Analitik Sintetik (SAS)
            Metode ini berangkat dari teori pendekatan structural, dimana manusia itu mula-mula mengindera sesuatu secara struktural serta utuh (global), kemudian baru beranjak pada penginderaan bagian-bagian pokok. Selanjutnya, dari bagian-bagian tersebut dapat dirangkai menjadi kembali dan dapat dimunculkan dalam berbagai kontek.
            Yang menggunakan metode ini adalah buku Bimbingan Membaca Al-Qur`an yang diterbitkan oleh Departemen Agama.Buku ini disajikan dalam 12 unit pelajaran untuk 20 kali tatap muka dengan alokasi 90 menit untuk setiap tatap muka.
Kebaikan Metode SAS :
1)      Lebih mudah mengajarkan dengan sistim klasikal karena desain pengajarannya memang untuk klasikal.
2)      Murid terbiasa mengucapkan dan mendengarkan kalimat thayyibah. Hal ini dimungkinkan karena memang dalam buku pelajaran tersebut contoh-contoh yang digunakan adalah kalimat thayyibah. Dalam situasi yang terkondisi dengan mengucapkan dan mendengarkan kalimat thayyibah tersebut,
3)      memberi kemungkinan terinternalisasikannya nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kalimat thayyibah tersebut.
4)      Selain mengenal huruf per huruf, murid juga terbiasa dengan huruf sambung. Karena memang dalam buku tersebut kepada murid pertama kali dikenalkan kalimat yang tertulis dalam huruf Arab yang bersambung.
5)      Semangat murid tinggi pada saat diajar dengan menggunakan alat peraga.
6)      Lembar-lembar latihan diambil dari kata-kata yang sudah sering didengar murid dan langsung dikenalkan, artinya yang dapat menambah ilmu pengetahuan anak.
Kekurangan Metode SAS:
1)      Kurangnya alat peraga dirasakan sangat menganggu dalam proses belajar mengajar di kelas.
2)      Cara penyajian bahan yang menonton dan didominasi kegiatan membaca tentu sangat membosankan.
3)      Untuk menghafal huruf-huruf yang dikenal kepada murid, buku tersebut tidak dilengkapi dengan contoh-contoh yang bervariasi , sehinggga guru harus mencari dan membuat contoh-contoh yang lain. Keadaan yang demikian tentu menyita waktu dan juga menambah beban guru.
4)      Kata lembaga yang digunakan dalam bahasa Arab tidak mudah dimengerti maknanya oleh murid.
5)      Pengenalan huruf, langsung dimulai dengan huruf sambung.
b.      Metode Al-Barqi
Metode al-Barqy dapat dinilai sebagai metode cepat membaca al-Qur'an yang paling awal. Metode ini ditemukan dosen Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya, Muhadjir Sulthon pada 1965. Awalnya, al-Barqy diperuntukkan bagi siswa SD Islam at-Tarbiyah, Surabaya. Siswa yang belajar metode ini lebih cepat mampu membaca al-Qur'an. Muhadjir lantas membukukan metodenya pada 1978, dengan judul Cara Cepat Mempelajari Bacaan al-Qur'an al-Barqy.
MUHADJIR SULTHON MANAJEMEN (MSM) merupakan lembaga yang didirikan untuk membantu program pemerintah dalam hal pemberantasan buta Baca Tulis Al Qur’an dan Membaca Huruf Latin.
Metode  ini menggunakan metode semi SAS, yaitu struktur kata dan kalimat tidak mengikuti bunyi mati (sukun), misalnya  jalasa, kataba. Prinsip-prinsip metode ini adalah kemampuan dalam memisah, memadu bunyi suara, huruf, dan perkataan dan diusahakan agar setiap struktur mempunyai arti dan mudah diingat dalam Bahasa Arab atau Bahasa Indonesia.Metode ini disebut ANTI LUPA karena mempunyai struktur yang apabila pada saat siswa lupa dengan huruf-huruf / suku kata yang telah dipelajari, maka ia akan dengan mudah dapat mengingat kembali tanpa bantuan guru. Penyebutan Anti Lupa itu sendiri adalah dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Departemen Agama RI.
Metode ini diperuntukkan bagi siapa saja mulai anak-anak hingga orang dewasa. Metode ini mempunyai keunggulan anak tidak akan lupa sehingga secara langsung dapat MEMPERMUDAH dan MEMPERCEPAT anak / siswa belajar membaca. Waktu untuk belajar membaca Al Qur’an menjadi semakin singkat.
Kebaikan Metode Al-Barqi yaitu
1)      Kata lembaga yang digunakan dalam metode Al-Barqi mudah dihafal siswa, karena menggunakan kata lembaga yang punya makna dalam Bahasa Indonesia.
2)      Kata lembaga yang mudah dihafal dan dimengerti murid memberi daya rangsang yang tinggi untuk belajar lebih jauh.
3)      Murid dapat dengan mudah mengingat kembali huruf-huruf yang lupa  dengan bantuan kata lembaga tersebut.
4)      Selain belajar membaca buku ini juga dilengkapi dengan Lembar Kerja (LK). Dengan demikian selain murid belajar membaca, sekaligus juga belajar menulis.
5)      Untuk latihan transfer huruf dan bunyi selain dilakukan dengan qiraat juga disertai nadloman. Nadloman ini merupakan daya tarik tersendiri bagi murid.
6)      Kata lembaga ditulis tidak dengan huruf sambung. Setelah kata lembaga dikuasai murid, barulah dikenalkan huruf sambung.
7)      Adanya simbol-simbol (morse) dalam pelajaran tajwid memudahkan guru untuk bacaan murid, seorang guru dapat mengetahui benar salahnya sebuah bacaan.
8)      Buku ini juga dilengkapi dengan kaset serta alat peraga. Dengan demikian, mempermudah kegiatan belajar mengajar.
9)      Sampai dengan cawu dua, buku Al-Barqi sudah dapat diselesaikan dengan baik.
Keuntungan yang di dapat dengan menggunakan metode ini adalah :
1)      Bagi guru ( guru mempunyai keahlian tambahan sehingga dapat mengajar dengan lebih baik, bisa menambah penghasilan di waktu luang dengan keahlian yang dipelajari),
2)      Bagi Murid ( Murid merasa cepat belajar sehingga tidak merasa bosan dan menambah kepercayaan dirinya karena sudah bisa belajar dan mengusainya dalam waktu singkat, hanya satu level sehingga biayanya lebih murah),
3)      Bagi Sekolah (sekolah menjadi lebih terkenal karena murid-muridnya mempunyai kemampuan untuk menguasai pelajaran lebih cepat dibandingkan dengan sekolah lain).
Kelemahan Metode Al-Barqi yaitu
1)      Anak yang tertinggal pelajaran semakin menjadi tertinggal sehingga merupakan hal yang serius dalam belajar secara klasikal.
2)      Belum punya alat evaluasi hasil belajar yang secara metodologi pengajaran aspek ini harus ada.
3)      Untuk dapat mengajar dengan buku Al Barqi, guru harus ditatar oleh pengembangannya yang berakibat tingkat penyebarluasan metode ini menjadi lambat dan amat terikat pada pengembangannya.

c.       Metode Al Banjari
Ada dua jenis buku Al Banjari. Buku pertama menggunakan pendekatan global yang bertitik pangkal pada ` kata ` dari bahasa Arab. Struktur katanya sederhana yang mengandung arti seperti ba-da-a (mulai), qa-ra-a (membaca) dan ka-ta-ba (menulis) diajarkan pada tingkat permulaan. Dari kata tersebut kemudian dicarikan kata lain yang hurufnya sama, tetapi letaknya berbeda. Kata-kata tersebut disusun secara berkesinambungan sampai habis seluruh huruf hijaiyah. Sesudah murid-murid dapat mengenal kata dan huruf barulah mereka diberikan pelajaran tanda baca kasroh, dhamah, sukun, mad dan seterusnya. Dari sisi ini boleh dikata Al Banjari menggunakan pendekatan SAS. Metode Al Banjari lebih menekankan faktor kemampuan membaca dan menulis, Buku kedua terdiri dari empat jilid yang diterbitkan atas kerja sama Proyek Penerangan Bimbingan dan Dakwah/Khutbah Agama Islam Kanwil Departemen Agama Kalimantan Selatan dengan lembaga pengembangan Tilawatil Qur`an propinsi Kalimantan Selatan.
Jilid pertama berisi pelajaran tentang bentuk dan huruf dari huruf alif sampai dengan ya, serta tanda baca fathah. Waktu yang dirancang adalah satu jam (60 menit) setiap kali tatap muka. Cara pengajarannya adlah guru mengucapkan dengan fasih sementara murid mendengarkan dan menirukan.Jilid kedua berisi tentang tanda kasroh dan huruf sambung.
Pada jilid dua ini ada lembaran kerja (LK) yang disediakan untuk para murid.Jilid 2 ini tekanannya pada tanda baca kasroh dan fathah serta pengenalan huruf sambung. Pelajaran ketiga berisi pelajaran tentang mad, huruf mati (sukun), huruf lam ganda yang dibaca tebal atau tipis, idzhar dan qalqalah. Dalam jilid ini pada setiap contoh dalam huruf Arab juga ditulis dengan huruf latin hanya saja transliterasi Arab Latin belum mengikuti SKB Mentri Agama dan Mentri P&K nomor  158 tahun 1987 dan nomor 053 b/u1987. Jilid keempat berisi pelajaran tentang huruf alif dimuka lam tidak dibaca. Dua alif yang tidak dibaca. Tanda tasydid pada huruf nun dan mim. Nun mati bertemu dengan bacaan tanda waqaf (berhenti).
Adapun Kelebihan Al-Banjari yaitu
1)      Metode Al-Banjari mudah mengajarkannya, karena ada variasi bacaan, perubahan bunyi bacaan dan warna pada huruf yang penting.
2)      Metode Al-banjari menekankan faktor kemampuan membaca dan menulis.
3)      Landasan pemikiran metode ini, yaitu menghindarkan cara mengajar huruf Al-Qur’an langsung pada kata yang sempurna dalam satu kalimat, karena terlalu memberatkan murid.
Kekurangan Al-Banjari yaitu
1)      Apabila jumlah murid terlalu banyak (>40 anak) guru  tidak dapat memperhatikan bacaan murid secara individual. Idealnya, jumlah maksimal satu kelas untuk metode ini cukup 20 murid.
2)      Alokasi waktu metode Al-banjari tidak sesuai dengan GBPP pendidikan Agama Islam di SDN, karena metode Al-banjari diprogramkan untuk kelas 2 SD, sedang menurut kurikulum pengenalan huruf al-Qur’an dimulai kelas 4.
3)      Karena metode ini tidak dilengkapi dengan buku manual (buku petunjuk pelaksanaan metode), nampaknya sulit berkembang.
d.      Metode Iqra’
Buku iqra’ terdiri dari 6 jilid. Menekankan langsung  ada latihan membaca. Dimulai dari tingkatan yang sederhana, tahap demi tahap sampai pada tingkat yang sempurna.
Metode Iqro’ ini disusun oleh Ustadz As’ad Human yang berdomisili di Yogyakarta. Kitab Iqro’ dari keenam jilid tersebut di tambah satu jilid lagi yang berisi tentang doa-doa. Dalam setiap jilid terdapat petunjuk pembelajarannya dengan maksud memudahkan setiap orang yang belajar maupun yang mengajar Alquran.
Metode iqro’ ini dalam prakteknya tidak membutuhkan alat yang bermacam-macam, karena ditekankan pada bacaannya (membaca huruf Alquran dengan fasikh). Bacaan langsung tanpa di eja. Artinya tidak diperkenalkan nama-nama huruf hijaiyah dengan cara belajar siswa aktif (CBSA) dan lebih bersifat individual.

Buku iqra’ bisa untuk segala umur, dari TK sampai Perguruan Tinggi. Santri bisa menamatkan 6 jilid buku iqra’ dengan belajar system privat, sehari 1 jam. Untuk tingkat TK antara 4-10 bulan. Untuk tingkat SD antara 3-6 bulan. Untuk tingkat SLTP antara 1- 2 bulan. Untuk tingkat SLTA/mahasiswa/dewasa 15-20 kali.
Kelebihan Iqro’ yaitu
1)      Menggunakan metode CBSA, jadi bukan guru yang aktif melainkan santri yang dituntut aktif.
2)      Dalam penerapannya menggunakan klasikal (membaca secara bersama) prifat (penyemakan secara individual), maupun cara eksistensi (santri yang lebih tinggi jilidnya dapat menyimak bacaan temannya yang berjilid rendah).
3)      Komunikatif artinya jika santri mampu membaca dengan baik dan benar guru dapat memberikan sanjungan, perhatian dan penghargaan.
4)      Bila ada santri yang sama tingkatpelajarannya, boleh dengan system tadarrus, secara bergilir membaca sekitar dua baris sedang lainnya menyimak.
5)      Proses yang digunakan sangat pendek (satu proses) untuk mengenal bunyi atau lambang.
6)      logikanya sangat sistematik dari model yang berulang-ulang dan berkelanjutan.
7)      Anak yang lancar/pandai akan lebih cepat menyelasaikan jilid.
8)      Terdapat alat Kontrol prestasi yang baku sehingga dapat menilai anak setiap perkembangan/kemajuan dan sangat tertib.
9)      Bukunya mudah di dapat di toko-toko.
Kekurangan Iqro’
1)      Bacaan-bacaan tajwid tidak dikenalkan sejak dini.
2)      Tidak ada media belajar.
3)      Tidak dianjurkan menggunakan irama murottal.
4)      Alokasi waktu diperlukan lebih banyak.
5)      Dalam pengajaran bacaan tajwid ada kelemahan dalam penempatan urutan. Ikhfa didahulukan padahal termasuk bacaan yang sulit, semestinya ditempatkan belakangan dan idzhar didahulukan (tetapi hal ini telah dilakukan perubahan oleh penerbit AMM).
6)      Beban guru menjadi lebih besar, karena proses pengajaran Al-Qur’an di kelas, murid dikelompokan menurut jilid buku yang dikuasai murid.
7)      Membatasi keinginan baca lebih satu halaman.
8)      Sampai  dengan cawu dua, 6 jilid dari buku yang ada belum dapat terselesaikan.
e.       Metode Al-Baghdady
Metode Al-Baghdady adalah metode tersusun (tarkibiyah), maksudnya yaitu suatu metode yang tersusun secara berurutan dan merupakan sebuah proses ulang atau lebih kita kenal dengan sebutan metode alif, ba’, ta’. Metode ini adalah metode yang paling lama muncul dan metode yang pertama berkembang di Indonesia.
Metode ini disebut juga dengan metode “ Eja “, berasal dari Baghdad masa pemerintahan khalifah Bani Abbasiyah. Tidak tahu dengan pasti siapa penyusunnya. Dan telah seabad lebih berkembang secara merata di tanah air.
Secara dikdatik, materi-materinya diurutkan dari yang kongkrit ke abstrak, dari yang mudah ke yang sukar, dan dari yang umum sifatnya kepada materi yang terinci (khusus). Secara garis besar, Qoidah Baghdadiyah memerlukan 17 langkah. 30 huruf hijaiyyah selalu ditampilkan secara utuh dalam tiap langkah. Seolah-olah sejumlah tersebut menjadi tema central dengan berbagai variasi. Variasi dari tiap langkah menimbulkan rasa estetika bagi siswa (enak didengar ) karena bunyinya bersajak berirama. Indah dilihat karena penulisan huruf yang sama. Metode ini diajarkan secara klasikal maupun privat.
Metode  ini menggunakan metode alami, biasanya sebelum diucapkan memakai penyebutan huruf dan harokatnya dulu, misalnya  jalasa, dieja alif fathah a, lam fathah a, sin fathah sa. Prinsip-prinsip metode ini adalah kemampuan dalam mengenal huruf, memadu bunyi suara,  dan perkataan hingga mudah untuk diucapkan.
Adapun kelebihan dan kekurangan metode ini yaitu sebagai berikut:
Kelebihanan Al-baghdady yaitu
1)      Siswa lebih dulu mengenal nama huruf sebelum membaca.
2)      Siswa mengetahui nama harokat yang ada.
3)      Setelah mengetahui huruf, siswa dapat merangkai kata, merangkai kalimat, dan langsung ke hapalan surat-surat pendek/juz amma.
4)      Santri akan mudah dalam belajar karena sebelum diberikan materi, santri sudah hafal huruf-huruf hijaiyah.
5)      30 huruf abjad hampir selalu ditampilkan pada setiap langkah secara utuh sebagai tema sentral.
6)      Pola bunyi dan susunan huruf (wazan) disusun secara rapi.
7)      Materi tajwid secara mendasar terintegrasi dalam setiap langkah.
8)      Santri yang lancar akan cepat melanjutkan pada materi selanjutnya karena tidak menunggu orang lain.
Kekurangan Al-baghdady yaitu
1)      Membutuhkan waktu yang lama karena harus menghafal huruf hijaiyah dahulu dan harus dieja.
2)      Santri kurang aktif karena harus mengikuti ustadz-ustadznya dalam membaca.
3)      Kurang variatif karena menggunakan satu jilid saja.
4)      Penyajian materi terkesan menjemukan.
5)      Penampilan beberapa huruf yang mirip dapat menyulitkan pengalaman siswa.
6)      Anak yang tertinggal pelajaran semakin menjadi tertinggal sehingga merupakan  hal yang serius dalam belajar secara klasikal.
7)      Belum punya alat evaluasi hasil.
8)      Secara metodologis kurang sistematis

BAB II
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Seorang pengajar baca tulis Al-Qur'an , tidak serta merta mengadopsi metode yang baru dikenalnya, apalagi jika hanya mendapatkan informasi saja tentang metode tersebut . Para Pembina harus melakukan kajian yang mendalam, sebelum menetapkan metode apa yang akan dipakai dalam mengajarkan baca tulis Al-Qur'an kepada santri.
Beberapa pertimbangan dalam pemilihan metode pengajaran antara lain :
1)      Mudah dan murahnya mendapatkan pelatihan-pelatihan bagi para pembina.
2)      Mudah dikuasai oleh mayoritas Ustadz/ah
3)      Mudah dan murah mendapatkan buku panduan
4)      Mudah dan sederhana pengelolaan pengajarannya.
B.     Saran
Metode apapun yang berkembang, masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Efektifitas, efisiensi, cepat mudahnya sebuah metode pengajaran berbeda-beda di tiap daerah. Banyak faktor yang mempengaruhinya. Penggabungan beberapa metode pengajaran belum tentu membuahkan hasil yang baik.
Perlu konsistensi bagi pembina dalam menerapkan sebuah metode apabila telah dipilih, sebab ganti-ganti metode akan menyebabkan kebingungan bagi pembina, terlebih lagi bagi santri.

DAFTAR PUSTAKA

Rifai, Drs. Moh, 1978, Ilmu Fiqhi Islam Lengkap, Semarang: PT. Karya Toha Putra.
Depag RI, 1988,  Al-Qur.an danTerjemahannya, Semarang : CV. Toha Semarang.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1995, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet. V; Jakarta: Balai Pustaka,
Isro, M.Ag, 2013, Presentasi kelompok 1 tentang Baca Tulis Al-qur’an (BTQ), Jenis, Metode dan Cara Pembelajarannya, Bumiayu.

Metode-metode mengajar Al-Qur'an di sekolah-sekolah Umum, Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. 1994/1995
Read More..

Gunakan Google Chrome Untuk Mendapatkan Tampilan Terbaik Blog Ini ( ^_^ )